• your image alt

    HERBALFITRIA

    Produk perawatan kulit dengan bahan dasar VCO, terbukti secara klinis merawat serta menjaga kesehatan dan kecantikan kulit anda

  • your image alt

    PESAN KLIK DI SINI

    SOLUSI PERAWATAN KESEHATAN DAN KECANTIKAN KULIT ANDA

  • your image alt

    TESTIMONI

    Sudah Banyak yang Sudah Membuktikan, Sekarang Giliran Anda

Ciri-ciri bahwa Anda Memiliki Kecerdasan Emosional yang Tinggi

Sudah tahu ‘kan apa itu kecerdasan emosional alias Emotional Intelligence (EI)? Bagaimana ciri-ciri bahwa Anda memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, Mari kita simak. Kecerdasan emosional lah yang berperan penting dalam menentukan kapan, bagaimana, dan kenapa kamu bertindak atau mengambil keputusan. Kecerdasan emosional juga berperan menjaga tingkat pengelolaan stres yang baik. Mereka yang cerdas secara emosional juga akan memiliki kemampuan kerja yang memuaskan, kesehatan fisik maupun mental yang stabil, serta kemampuan komunikasi yang efektif.
Lalu, apa sih tanda-tandanya kamu cerdas secara emosi?

1. Anda mampu mawas diri dan jujur pada diri sendiri.

Jujur pada diri sendiri.

Rasa mawas diri dan jujur pada diri sendiri adalah landasan dari kecerdasan emosional. Mawas diri berarti kemampuan untuk introspeksi dan mengenali emosi dirimu sendiri, menelusuri dari mana sumbernya, kemudian mengelola tindakan yang didasarkan pada pemahamanmu tentang emosi tersebut.
Rasa mawas diri yang baik membuatmu mampu menelaah kekuatan dan kelemahanmu secara realistis. Kamu tidak akan tinggi hati atau berbuat ceroboh setelah memahami apa saja kelemahanmu. Sebaliknya, kamu akan bisa menghargai kemampuan dirimu karena tahu apa yang bisa kamu lakukan yang orang lain tak bisa lakukan.


2. Anda tidak berlarut-larut dalam emosi. Contohnya, setelah kamu putus, kamu tidak akan berlama-lama galau

adad

Kamu bisa mencegah dirimu untuk tenggelam pada perasaan tertentu. Ketika baru saja putus, misalnya, kamu tak akan terlarut dalam kesedihan yang terlalu lama. Selain itu, kamu pun mampu menahan tindakan apapun sampai kamu benar-benar mempertimbangkan risiko dari tindakanmu itu. Ini berarti kamu bisa membedakan mana perasaan dan mana pikiran, serta gak menyalahartikannya dengan tindakan yang didasari oleh salah satunya.


3. Ketika kepalamu dipenuhi banyak hal, kamu mampu menyortir hal-hal itu menjadi kumpulan pikiran yang “rapi”

Mengontrol emosi yang timbul

Kamu punya toleransi yang tinggi terhadap rasa frustrasi. Kamu pun mampu mengelola emosi dengan efektif. Ketika emosi itu timbul, kamu gak gegabah bereaksi, namun melakukan respon logis yang sudah kamu pertimbangkan dengan baik.. Jadinya, kamu hanya menampilkan perasaan dan perilaku yang diperlukan sesuai dengan situasi yang kamu hadapi.


4. Ketika orang di dekatmu butuh pelukan atau sentuhan hangat, kamu tak ragu untuk memberikannya.

Berempati

Terhadap orang-orang di sekitarmu, kamu mampu mengenali dan memahami perasaan yang mereka alami. Gak hanya itu, kamu juga tahu apa sebabnya. Karena itu, kamu bisa menjadi pendengar yang baik, bukan hanya kata-kata dan kontennya, tapi juga emosi dan makna tersirat di dalamnya. Makanya, kamu biasa menjadi tempat curhat teman-temanmu.


5. Ketika sudah menginginkan sesuatu, kamu mampu mampu memotivasi dirimu untuk meraih keinginan itu.

Fokus

Saat mengerjakan tugas-tugasmu, kamu mampu menjaga dirimu tetap fokus agar pekerjaanmu selesai tepat waktu. Kamu juga baik dalam mengelola stres, gak begitu impulsif dan lebih bisa mengelola diri sendiri. Dalam menghadapi pilihan, kamu juga melibatkan perasaanmu–tapi gak membiarkannya mengambil alih–sebagai pengiring logika dan intelektual untuk menentukan mana keputusan yang terbaik.


6. Bagimu, hubungan cinta bukan hanya untuk dijalani. Melainkan juga untuk menjadikanmu orang yang lebih baik.

dfas

Baik itu dengan pacar, keluarga, sahabat, maupun kolega, kamu bisa menempatkan diri untuk menciptakan koneksi dan memelihara ikatan yang kuat berdasarkan rasa saling percaya dan menghargai. Kamu juga punya orang-orang yang bisa kamu andalkan di mana kamu bisa jadi dirimu sendiri. Selain itu, kamu juga bisa menerima kritik yang membangunmu menjadi lebih baik.


7.  Walaupun bisa bersikap rasional, kamu tidak pernah meremehkan kata hatimu.

Percaya intuisimu

Kamu yang cerdas secara emosional gak pernah meremehkan nalurinya. Intuisi tersebut kamu manfaatkan untuk mengarahkan tindakanmu maupun mengambil sebuah keputusan. Dan mereka jarang keliru, tuh. Sinyal-sinyal dari dirimu membantumu mengenali apa yang terjadi padamu dan apa yang sebaiknya kamu lakukan.


8. Ketika kerjamu menemui jalan buntu, kamu langsung mencari cara-cara kreatif untuk mengakalinya

Kreatif dan fleksibel

Bukannya lari dari tantangan yang menghadangmu, kamu justru menghadapinya dengan tenang dan pikiran yang terbuka. Dengan daya kreatif yang kamu punya, kamu bisa menemukan alternatif solusi yang layak dipertimbangkan. Kamu juga terbuka terhadap informasi baru yang bisa menambah wawasanmu.


9. Aspek jasmani, rohani, emosional, dan sosialmu saling melengkapi. Ini menjadikan kamu manusia yang utuh.

Pribadimu berfungsi secara utuh

Sebagai seorang manusia, kamu punya lima aspek utama, yaitu aspek emosional, sosial, jasmani, dan rohani. Jika kamu punya kecerdasan emosi yang baik, kamu bisa mengelola kelima aspek ini untuk berfungsi secara selaras tanpa jadi berat sebelah. Dengan demikian, kamu pun menjadi pribadi yang utuh.


10. Kamu mensyukuri keseimbangan dalam hidupmu

Hidupmu seimbang

Ini berarti kamu bisa mengukur kemampuan dirimu sendiri dan menentukan porsi yang tepat antara pekerjaan, hubungan serta waktu untuk dirimu sendiri. Saat bekerja, kamu akan habis-habisan mengeluarkan semua potensimu untuk menghasilkan kinerja yang baik. Tapi, kamu juga gak melupakan hubunganmu dengan orang-orang yang kamu sayangi. Di antara semua itu, kamu tahu kapan waktunya meluangkan waktu untuk diri sendiri, dan kamu gak pernah mengabaikannya.

Nah, itulah tanda-tanda seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik. Refleksikan ke diri kita yuk, poin-poin mana sajakah yang termasuk dalam bagian dari diri kita?

Read More
Rabu, 29 Oktober 2014 0 komentar

Kepribadian Anda menurut Jenis Kopi Favorit


Apakah Anda suka meminum kopi dengan tambahan sirup? Atau mungkin Anda lebih menyukai kopi berbusa dengan banyak krim?


Betul sekali kami sedang membahas tentang jenis-jenis kopi. Kedai-kedai kopi merupakan sebuah keharusan ketika semua orang beraktivitas di luar (seperti yang dialami Yahoo! saat terjebak antrean konser musim semi - klik di sini untuk mencari tahu agar tidak terlambat menonton konser), jadi kami agak sedikit penasaran dengan berbagai kepribadian  Anda ketika memesan kopi hangat dengan permen Haribo rasa persik (itu menunjukkan sesuatu). 

Kepribadian Anda menurut Jenis Kopi

Gagasan dari kedai kopi bersifat aspirasional. Dengan kata lain, tradisi seharga lima sen (sekitar Rp60) dalam makan malam menjadi simbol dari kemakmuran kalangan kelas menengah, baik di Amerika Serikat maupun di seluruh dunia. Memesan secangkir kopi berarti Anda sudah termasuk kalangan itu.

James Moore dan Judi James yang mengarang “The You Code: What Your Habits Say About You” mengklaim bahwa pilihan kopi jauh melebihi rasa “Dengan berbagai pilihan busa, krim dan topingnya minuman ini sudah menciptakan tingkat psikologi yang sangat dalam terkait kepercayaan diri, tingkat stres dan kenyamanan ketika masa kanak-kanak.” Kepribadian kopi, diparafrasekan dari “The You Code”:    

Penikmat Espresso: Kepuasan instan, hasil cepat, “yang paling terkenal dari seluruh pilihan kopi,” sinis, sarkasme, bahkan pemburu tenang yang agresif. Meremehkan hidup sehat, pemurung, dan ambisus, mengincar posisi elit serta ogah bergosip.

Penikmat kopi hitam: Tanpa basa-basi, minimalis, sosok dewasa yang tenang, menyukai hubungan langsung, kompetitif, pendiam dan pemurung, walaupun sesekali bersikap ekspresif. 

Penikmat latte: Mengurangi risiko dengan susu dan busa, cenderung mencari aman, ingin disukai, imut namun keras kepala, enggan  frontal dan suka mendelegasikan tugas-tugas berisiko, sosok penyayang keluarga, menikmati kenyamanan lingkungan dan memiliki teman kepercayaan. Kehidupan seksnya biasa-biasa saja.

Penikmat cappucino: sosok ekspresif yang optimis dan menghargai gaya dan barang-barang keren, tidak begitu serakah. Cenderung memulai sesuatu ketimbang menjalani semua detail yang membosankan.

Penikmat kopi instan: tanpa basa-basi, frontal, ceria namun tidak terburu-buru dalam menyelesaikan sesuatu, sosok yang mungkin terlihat biasa-biasa saja. Mudah murung dan periang; tidak begitu berani dalam karier atau pun seks, sosok yang penuh pertimbangan.

Penikmat decaf soymilk: bersikap sok lingkungan ketimbang pejuang lingkungan. Bagi mereka yang tidak alergi dengan susu sapi, pilihan itu menyiratkan sikap rewel dan arogan.   

Penikmat Frappucino (dan kobi berbusa lainnya): Pecandu busa dan krim. Korban trend ketimbang trendsetter, duh, sosok tidak karuan dan tanpa perasaan ironi.   

Bukan peminum kopi: Si pengarang sangat menganggap sosok yang menolak secangkir kopi sebagai orang yang takut hidup dan bersikap kekanak-kanakan (sebuah penghinaan  yang terdapat dalam bagian “What Your Tea Says About You”)

Lebih dari Sekadar Tumpukan Biji Kopi

Fakta mengenai kopi, menurut National Coffee Association: Lebih dari delapan dari 10 warga Amerika pecandu kopi dalam setahun terakhir, dan separuhnya hanya sesekali meminum kopi. Namun, masing-masing generasi - mulai dari Greatest Generation hingga GenXers - rupanya semakin jarang meminum kopi ketimbang generasi sebelumnya, dan rata-rata jumlah kopi yang diminum seorang warga Amerika mencapai puncaknya pada 1960-an. Etnis warga yang terus menempati posisi teratas di antara peminum espresso adalah warga keturunan Hispanik-Amerika.          

Sedangkan untuk kepribadian menurut pilihan kopinya, studi dari produsen kopi pada 2007 menyusun apa saja yang akan dikorbankan warga Amerika demi secangkir kopi, saat menyimak berita pagi, makan siang, tidur, bahkan ketika menggosok gigi. Studi serupa juga menjabarkan lima tipe kepribadian peminum kopi:  

1. Peminum gaul (33 persen), yang cenderung hidup sendirian, sehingga komunitas peminum kopi merupakan penyelamat bagi dirinya. 

2. Pecinta kenyamanan (14 persen), yang cuma mengunakan cangkir panas untuk menghangatkan tangannya. 

3. Pecandu kopi (14 persen), yang tidak bisa hidup tanpa kopi. Menariknya, mereka yang bergaji besar cenderung menyebut perilaku mereka sebagai kecanduan.

4. Peminum kopi untuk tugas (11 persen), biasanya pemula yang membutuhkan kopi agar selalu fokus.

5. Bukan pecandu kopi (7 persen). Meskipun tidak ada kategori usia yang dijelaskan di sini, kaum muda cenderung mengikuti tren seperti es kopi dan kopi dengan rasa tertentu,sedangkan generasi tua cenderung memilih kopi tubruk. 

Konyol? Pasti. Beneran? Entahlah. Bagaimana kalau menuliskan pilihan kopi Anda dalam komentar di bawah ini beserta alasannya? yahoo

Read More
Sabtu, 04 Oktober 2014 0 komentar

Followers