Fenomena dan Pengertian Remaja Alay Indoensia

Fenomena anak Alay semakin marak saat ini. Mulai dari gaya berpakaian, gaya rambut hingga gaya bahasa yang aneh dan nyeleneh. Sebenarnya alay bukan hal baru, kata alay mulai populer pada saat fenomena perubahan kata dan tulisan yang aneh di kalangan Remaja kurang lebih pada akhir tahun 2007 yaitu pada saat berkembangnya teknologi layanan pesan singkat atau SMS. Keterbatasan karakter pada fitur handphone membuat mereka harus mencari cara untuk menyingkat isi SMS. Ciyus dan miapa adalah kata-kata alay yang marak yang digunakan dalam pergaulan saat itu, media jejaring sosial, maupun iklan komersial di media massa.


Tidak hanya bahasa, tulisan alay juga semakin sering menghiasi media sosial atau bahkan sejumlah iklan di media. Kata-kata itu ditulis dengan kombinasi huruf besar, kecil dan angka, sungguh jauh dari kaidah ejaan yang benar. Belakangan gaya bahasa alay sudah mulai ditinggalkan, mayoritas dari mereka sadar bahwa gaya bahasa seperti itu sudah dicap sebagai bahasa alay karena pada umumnya mereka tidak sadar bahwa mereka adalah orang-orang yang alay. Yang sekarang masih ngetren adalah curhat-curhat tidak jelas di medsos, seolah-olah mereka adalah korban yang selalu didzolimi atau manusia yang paling menderita di muka bumi ini.

“Awal mulanya dari layanan pesan singkat, para pengguna hanya dibatasi untuk mengirimkan pesan sebanyak 160 karakter atau kurang dari itu. Sehingga, pengguna akan didorong untuk menjadikan pesannya seringkas mungkin. Sebagai contoh penggunaan huruf yang diganti dengan angka ,contoh “E” = 3 , “A”= 4 , “S”=5 , “G”=6 dll .Salah satu cara yang digunakan untuk meringkas pesan yakni dengan cara menyingkat kata. alay semakin berkembang sejak kemunculan situs pertemanan semisal Friendster. “Di Friendster, remaja diberi kebebasan berekspresi desain tampilan dan foto untuk mendapatkan perhatian yang lebih,” kata Bramantio.

Kemunculan jejaring sosial Facebook pun semakin menambah akses seseorang untuk mengungkapkan keadaan dirinya agar mendapat perhatian orang lain. Alhasil akun pengguna maupun status yang dibuat pun harus tampil tidak biasa. Biasanya mereka akan menuliskan status dengan isi maupun penulisan yang mencolok sehingga dapat menarik perhatian dari orang-orang yang berteman dengannya. Penggunaan gaya menulis yang berbeda dan isi status yang berlebihan bisa juga disebut bahasa alay”.

Sebenarnya alay bukanlah hal baru, jauh sebelumnya kita sudah mengenal istilah "norak atau kampungan", ya benar...alay adalah istilah remaja norak yang muncul di era bangkitnya teknologi sms, chatting dan media sosial. Pada dasarnya remaja norak atau alay sudah ada dari jaman bahelanium, karakter dan tingkah laku remaja alay berubah-ubah sesuai dengan jamannya masing. Disaat bahasa alay sudah mulai ditinggalkan, kini mulcul pula istilah cabe-cabean atau remaja perempuan yang suka nongkrong hingga larut malam dengan mengenakan pakaian super minim. Yang punya modal lebih besar lagi ada pula yang sampai beli motor racing atau kamera DSLR yang canggih yang tujuannya tentu saja hanya untuk gaya-gayaan.

Anehnya adalah mereka bertingkah seperti itu hanyalah sebagai eksistensi mereka agar dicap anak gaul, mengikuti mode atau tren dan agar diterima di komunitas tertentu. Mungkin 5 atau 10 tahun ke depan kita akan menjumpai model baru gaya norak atau alay, entahlah apa itu. semoga keluarga kita, adik-adik kita atau mungkin anak-anak kita kelak terhindar dari gaya hidup seperti itu. Amiiin. Abi

Jumat, 08 Januari 2016 0 komentar

0 komentar:

Followers